Selasa, 23 Juni 2009

Tugas Klasifikasi

SISTEM KLASIFIKASI DEWEY DECIMAL CLASSIFICATION (DDC)


A. Sejarah DDC

Dewey Decimal Classification (DDC) merupakan system klasifikasi perpustakaan hasil karya Melville Louis Kossuth Dewey (1851-1931). Melvile Louis Kossuth Dewey lahir pada 10 Desember tahun 1851, hidup di lingkungan keluarga lemah dan miskin bertempat tinggal di Brown kota yang kecil di New York. Dewey menemukan suatu gagasan ilmu klasifikasinya dengan menamakan sebagai Dewey klasifikasi Sistim desimal (DDC) suatu sistem ketika ia berumur 21 tahun dan bekerja sebagai asisten siswa di perpustakaan dari Amherst Perguruan tinggi. Pekerjaan yang diciptakan tersebut adalah suatu revolusi di dalam ilmu kepustakaan. Dan ia menjalankan suatu jaman yang baru tentang dunia kerja kepustakaan. Melvil Dewey digelari Bapa dari Lingkup kerja kepustakaan yang modern." lingkup kerja kepustakaan Dewey yang diubah dari suatu lapangan kerja persis sama benar profesi yang modern. Ia membantu dalam menetapkan Asosiasi Perpustakaan Amerika ( ALA) pada tahun 1876; ia menjabat sebagai sekretaris dari tahun 1876-1890 dan menjadi presiden pada tahun 1890-1891. Ia juga menerbitkan Perpustakaan Jurnal yang diterbitkan. Sebagai tambahan, standard perpustakaan Dewey yang dipromosikan, dan membentuk suatu perusahaan untuk menjual persediaan perpustakaan, yang secepatnya menjadi Kantor perusahaan Perpustakaan
Seorang pelopor di dalam dunia pendidikan perpustakaan, Dewey telah menjadi seorang pustakawan yang berasal dari Columbia Perguruan Tinggi ( sekarang Columbia Universitas) di Kota New York pada tahun1883, dan menciptakan sekolah perpustakaan pertama di dunia pada tahun 1887. Dan pada tahun 1889, ia menjadi direktur dari suatu Perpustakaan di New York di Albania, suatu posisi yang ia kerjakan sampai 1906. cakupan Dewey dari pengetahuan dan pekerjaan sangat luas dan bervariasi. Ia memelopori ciptaan dari peluang karier untuk wanita-wanita. Ia dan isteri yang pertamanya, Annie Dewey, mengembangkan suatu tempat tepatnya di daerah Danau yang tenang, suatu tempat peristirahatan untuk sosial, pengayaan rohani dan budaya di Adirondack di daerah Pegunungan.
Sebagai suatu pembaharu ejaan yang telah disebut diatas, Dewey yang diperkenalkan pada sebagian awal edisi dari DDC pada ejaan yang disederhanakan, pengenalan aslinya pada ejaan yang disederhanakan telah dicetak kembali pada edisi yang berikut dari DDC melalui penerbitan dari Edisi 18 pada tahun 1971. Melvil Dewey yang meninggal setelah menderita suatu penyakit pada 26 Desember tahun 1931 pada umur 80. Tujuh dekade setelah kematiannya, ia masih dikenal sebagai Dewey, terutama untuk Penggolongan Sistim desimal, paling luas dalam penggolongan atau bentuk klasifikasi perpustakaan yang digunakan di dunia.
Pada edisi-edisi selanjutnya DDC terus disempurnakan dengan memasukkan subjek yang belum tercakup selaras dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Disamping itu juga terdapat edisi lengkap, DDC menerbitkan edisi ringkas yang dapat digunakan bagi perpustakaan-perpustakaan yang tidak begitu besar dan bersifat umum. DDC pada saat ini telah diterbitkan juga dalam bentuk terjemahan dalam berbagai bahasa, termasuk dalam bahasa Indonesia dan sangat dikenal di dunia perpustakaan.
Banyak system klasifikasi yang tidak mampu bertahan lama, tetapi DDC ternyata telah mampu bertahan lebih dari satu abad sejak edisi pertama sampai saat ini. Terlepas dengan beberapa kelemahan pada DDC system klasifikasi ini dinilai baik dan sistimatik, universal, fleksibel, lengkap dan siap pakai (enumerated), terutama pada suatu badan yang mengawasi perkembangannya dan terus mengadakan peninjauan unutk menyempurnakan edisi-edisi selanjutnya. Pada tahun 1876 terbitlah sebuah pamphlet yang berjudul A Classification and subject index for cataloging the books and phamflet of a library. Penerbitan pamphlet tersebut menandai terbitnya system Dewy Decimal Classification, lebih dikenal dengan singkatan DDC. Kini DDC menginjak edisi ke 22 ( terbit pada 2003), merupakan bagan klasifikasi yang banyak dipakai di dunia. Di Indonesia, DDC menduduki peringkat pertama sebagai bagan kasifikasi yang paling banyak digunakan, menyusul kemudian Universal Decimal Classification atau yang sering disebut dengan UDC.
DDC dibuat oleh Melvil Dewey berdasarkan kajiannya terhadap puluhan buku, pamphlet dan kunjungannya ke berbagai perpustakaan. Maka DDC dapat dikatakan sebagai klasifikasi pengetahuan untuk keperluan menyusun buku di perpustakaan. Jadi, DDC bukanlah klasifikasi ilmu pengetahuan seperti banyak diduga orang. Edisi pertama terbit pada tahun 1876 setebal 44 halaman, diterbitkan dengan nama pengarang anonim, berisi kata pendahuluan, bagan untuk 10 kelas utama yang dibagi secara desimal menjadi 1000 kategori bernomor 000-999, serta indeks subyek menurut abjad.
Pembagian 10 kelas utama merupakan perbaikan dari sistem klasifikasi yang di kembangkan oleh W,T.Harris pada tahun 1870. Harris sendiri mendasarkan bagan klasifikasinya atas klasifikasi pengetahuan menurut ilmuwan francis bacon tetapi tata urutanya berbeda. Bacon membagi pengetahuan menjadi 3 kategori dasar yaitu sejarah, sastra [poesy], dan filsafat . ketiga kategori ini sesuai dengan pembagian pikiran manusia yaitu memori [ingatan], imaginasi, dan nalar. [tabel 32,1]. Dalam bagan klasifikasi barunya, Dewey memperkenalkan dua ciri baru yaitu lokasi relatif dan indeks relatif, sebelum dikembangkan DDC, buku perpustakaan di beri nomor sesuai dengan lokasi masing-masing di rak. Misalnya XV1-15 artinya buku di rak XV1dengan nomor urut 15. dengan kata lain penentuan buku di rak menggunakan lokasi tetap sehingga buku tidak dapat diubah-ubah letaknya .Halangan lokasi tetap ialah buku dalam subjek sama mungkin letaknya terpencar karena kedatangannya di perpustakaan tidak sama. Sistem Dewey memberi nomor buku menurut subjeknya. Dengan demikian buku disusun menurut subjeknya tanpa memperhatikan di mana buku tersebut diletaknya di rak .Bila buku baru datang maka buku tersebut dapat disisipkan di antara buku lama selama buku baru tersebut berkaitan subjeknya dengan buku lain Sistem penempatan semacam ini yang memungkinkan perubahan letak selama buku tetap berkaitan subjeknya disebut lokasi relatf. Lokasi ini memungkinkan interkalasi tanpa batas, buku dapat dipindah-pidahkan tanpa harus mengubah nomor panggil. Dalam indeks relatif, Dewey menyatukan dalam satu lokasi berbagai subjek yang berkaitan atau sebuah subjek dibahas dalam beberapa bidang studi.

B. Perkembangan DDC

Edisi ke- 1 sampai Edisi ke -13


Pada tahun 1876 terbitlah sebuah pamphlet yang berjudul A Classification and subject index for cataloging the books and phamflet of a library. Penerbitan pamphlet tersebut menandai terbitnya system Dewy Decimal Classification. Edisi pertama terbit pada tahun 1876 setebal 44 halaman, diterbitkan dengan nama pengarang anonim, berisi kata pendahuluan, bagan untuk 10 kelas utama yang dibagi secara desimal menjadi 1000 kategori bernomor 000-999, serta indeks subyek menurut abjad. Edisi 2 keluar tahun 1985 telah terjadi relokasi artinya penggeseran sebuah subyek dari sebuah nomor ke nomor yang lain. Edisi ini merupakan basis pola notasi pada edisi selanjutnya. Dalam edisi tersebut, Dewey pertama kali mengumakakan prinsip integritas angka artinya nomor dalam bagan Dewey dianggap sudah mapan walaupun mungkin terjadi relokasi. Dewey menyadari bahwa gawatnya relokasi dari satu edisis ke edisi lainnya karena perubahan, lebih-lebih lagi relokasi mengakibatkan perlunya reklasifikasi, padahal reklasifikasi tidak disenangi oleh seorang pustakawan. Integritas angka atau stabilitas angka tetap dipertahnkan pada edisi-edisi awal DDC, walaupun perubahan angka tertentu tidak dapat dihindari. Dewey mengawasi revisi bagannya hinnga edisi ke-13.

Edisi ke -14 sampai edisi ke-15


Edisi ke-14 mempertahankan kebijakan sebelumnya. Rinciannya semakin memperjelas namun terdapat sedikit perubahan dalam struktur dasar. Perluasan pun tidak seimbang karena masih banyak bidang yang belum dikembangkan. Pada edisi ke-15 diambil kebijakan yaitu rincian di beberapa bidang dipangkas sehingga terdapat keseimbangan dalam subdivisi. Kalau pada edisi ke-14 terdapat sekitar 31.000 entri maka edisi 15 dipangkas menjadi 4700 entri. Juga disadri bahwa bagan DDC tidak sesuai dengan laju perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya sains dan teknologi. Ini terjadi mungkin karena kebijakan integritas nomor. Pada edisi ke-15 diputuskan untuk relokasi sejumlah besar subyek. Indeks juga diperbaiki dan diringkas sedangkan ejaan yang disederhanakan yang digunakan pada edisi sebelumnya kini ditinggalkan. Setelah terbitan edisi ke-15 pada tahun 1951 terbukti bahwa perubahan yang dilakukan dalam edisi ke-15 dianggap terlalu berat bagi pustakawan, banyak pustakawan yang tetap menggunakan edisi ke- 14.

Edisi ke-16 hingga ke- 19


Edisi 16yang telah terbit pada tahun 1958 memulai tradisi baru dengan kebijakan siklus revisi tujuh tahunan artinya bagan Dewey akan keluar dalam edisi baru setiap 7 tahun. Pad edisi 16 diputuskan untuk kembali kepada kebijakan lama dalam mempertahankan enumerasi terinci sambil mengambil butir inovasi dari edisi 15 seperti ejaan baku, per-istilahan yang mutakhir, serta penyajian tipofrafi yang menarik.
Edisi 17 hingga 19 tetap berpegang pada kebijakan di atas. Editor DDC tetep mempetahankan prinsip integtitas nomor dalam batas-batas masih masuk akal.

Edisi ke - 20


Edisi 20 terbit pada tahun 1989 dengan beberapa perubahan. Warna edisi menjadi coklat muda dan dibagi menjadi 4 jilid karena edisi sebelumnya ( terutama pada bagan klasifikasi) dianggap terlalu repot. Jilid 1 merupakan tabel subdivisi standar, jilid 2 bagan dari 000-500, jilid 3 bagan 600-900, dan jilid 4 merupakan indeks. Walaupun tetap merupakan dalam tahap mempertahankan prinsip integritas nomor, dalam edisi ini, prinsip tersebut sedikit dilanggar. Terjadi relokasi, misalnya komputer kini menepati 001, yang semula merupakan bagan dari elektronika.

Edisi ke – 21 sampai edisi ke – 22

Saat ini telah terbit edisi ke-22 (2003) setebal 3000 halaman, terdiri atas 4 jilid: Introduction, schedule 000-599, schedule 600-999 dan Indeks Relatif.

Edisi Ringkas


Untuk keperluan perpustakaan kecil serta perpustakaan dengan laju pertumbuhan lamban maka sejak tahun 1894 telah diterbitkan edisi ringkas. Edisi ringkas ini merupakan memuat kira-kira 2/5 dari edisi lengkap. Edisi ringkas digunakan oleh perpustakaan sekolah serta perpustakaan umum yang relatif kecil. Pada awal mulanya, edisi ringkas direvisi bilamana dianggap perlu. Ketentuan ini kemudian diubah, setiap edisi ringkas diterbitkan mengikuti pola edisi lengkap. Untuk edisi lengkap 19 diterbitkan edisi ringkas ke-11, dengan terbitnya edisi lengkap 20 maka edisi 12 ringkas diharapkan terbit sekitar tahun 1991. Hingga edisi ringkas ke-9, edisi tersebut merupakan ringkasan sebenarnya dari nomor untuk berbagai subjek yang berbeda dengan edisi lengkapnya. Jadi, bukan hanya ringkasan belaka, kadang-kadang merupakan ringkasan atau kadang-kadang merupakan adaptasi. Atas permintaan pemakai, edisi ringkas ke 11 merupakan ringkasan sesungguhnya dari edisi lengkap 19.



C. Keunggulan dan Kelemahan DDC

Keunggulan DDC antara lain adalah:


  • DDCmerupakan sistem yang peraktis dan merupakan bagain klasifikasi yang paling banyak digunakan didunia,termasuk indonesia.

  • DDC menggunakan lokasi relatif untuk pertamakalinya

  • Revisi berkala dengan interval teratur menjamin kemutahkiran bagan klasifikasi Dewey.

  • notasi murni dengan angka arab dikenal dengan universal.

  • urutan numrik kasak mata mmudahkan penjajaran dan penempatan buku di rak.

  • sifat hirarkis notasi DDC mencerminkan hubungan antara nomor kelas.

  • penggunaan notasi desimal memungkinkan perluasan dan pembagian subdivisi tanpa bata


Sedangkan kelemahannya adalah:



  • klasifikasi Dewey terlalu berorientasi pada sifat Anglo Saxon serta kristiani.

  • penempatan beberapa subjek tertentu dipemasalahkan.

  • basis sepuluh DDC membatasi kemampuan perluasan sistem notasi, karena dari sepuluh divisi hanya sembilan yang dapat diperluas untuk memberi tempat subjek yang bertingkat sama dalam hirarki.

  • perluasan sebuah subjek dxap[at dilakukan dengansistem desimal.

  • relokasi dan phonix schedule sering menimbulkan masalh bagi pustakawan.

  • laju pertunbuhan ilmu pengetahuan tidak sama sehingga membuat struktur ilmu pengetahuan tidak seimbang.

Tidak ada komentar: