Selasa, 23 Juni 2009

Tugas Aplikasi Teknologi Informasi



Renstra Pengembangan Perpustakaan


MAN 2 Samarinda Berbasis TI



BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perpustakaan sekolah merupakan bagian penting dari komponen pendidikan yang tidak dapat dipisahkan keberadaannya dari lingkungan sekolah. Sebagai salah satu sarana pendidikan, perpustakaan sekolah berfungsi sebagai penunjang belajar bagi siswa/siswi,dan juga membantu siswa dan guru dalam memacu tercapainya tujuan pendidikan di sekolah. Perpustakaan sekolah harus memungkinkan para guru dan siswa memperoleh kesempatan untuk memperluas dan menambah pengetahuan dengan membaca bahan pustaka yang diperlukan dalam proses belajar dan mengajar. Keberadaan perpustakaan selama ini belum mendapat perhatian di beberapa sekolah, perpustakaan diposisikan sebagai pelengkap saja.
Perpustakaan sering dikatakan sebagai jantungnnya sebuah lembaga pendidikan, baik di pendidikan tinggi, sekolah, madrasah. Perpustakaan sebagai salah satu perangkat penyelenggara pendidikan yang berdaya upaya ikut serta mengemban misi induknya. Keberadaan perpustaaan harus sejalan dengan badan iduknya yaitu lembaga pendidikan sekolah, madrasah dan pesantren. Menghadapi era kompetisi informasi sejalan dengan semakin cepatnya perkembangan teknologi informasi dan telekomunikasi (ICT), dunia perpustakaan dihadapkan kepada situasi yang dilematis. Perpustakaan sebagai lembaga pengelola informasi, mempunyai posisi yang strategis dalam penyediaan bahan pustaka dan informasi, untuk kemudian wajib menyebarkan informasi (edukatif content) secara tepat dan cepat.Perpusrtakaan sebagai lembaga infortmasi dituntut untuk mampu beradaptasi diera globalisasiuntuk memenuhi kebutuhan pengguna secara relevan, cepat, tepatdam akurat. Untuk itu, peran pengembangan TI (teknologi informasi) didalam perpustakaan, baik dalam pengadaan, pengiolahan dan pelayan terhadap pemustaka. Disisi lain tuntutan masyarakat untuk mendapatkan informasi secara cepat, tepat dan akurat dan mudah, mendorong pengembangan TI (teknologi informasi) di perpustakaan. Salah satu fasilitas yang ada diperpustakaan, seperti Internet merupakan alternatif yang dapat memberikan layanan informasi baik berupa artikel-artikel lepas atau katalog-katalog perpustakaan online yang dapat dimanfaatkan untuk kepentingan pendidikan, penelitian, maupun rekereasi. Namun di lain pihak, kesiapan sumber daya manusia dan penunjang pokok lainnya pada perpustakaan belum bisa mengambil semua manfaat teknologi yang semakin lama semakin berkembang ini. Untuk itu maka disusun strategi perumusan kebijakan yang nantinya sebagai pedoman dalam pengemban perpustakaan tersebutyang berbasis TI (teknologi informasi).
Perumusan kebijakan/strategi adalah tanggung jawab yang selalu dimiliki oleh manajemen puncak. Esensi perencanaan jangka panjang adalah pengidentifikasian sistematis dari peluang dan ancaman yang berada dimasa datang yang digabungkan dengan data relevan lainnya, memberikan suatu dasar bagi manajemen untuk mengambil keputusan yang ada dengan cara yang lebih baik untuk menggunakan peluang dan menghindari ancaman. Maka dari itu dirasa perlu menyusun Rencana Strategis tahun 2009– 2013 yang diarahkan pada upaya pengembangan perpustakaan berbasis teknologi informasi dengan meningkatkan semua aspek yanhg terkait diperpustakaan, baik sarana dan prasarana, tak lupa yang terpenting adalah peningkatan sumber daya manusia (pustakawan) .

B. Motto, Visi, Misi Perpustakaan MAN 2 Samarinda
Visi
Menjadikan perpustakaan MAN 2 Samarinda sebagai sumber rujukan informasi dalam menunjang kegiatan belajar mengajar sesuai dengan standar pendidikan nasional yang berbasis teknologi informasi yang berstandar nasional dan berstandar internasional.

Misi



  • melaksanakan pengelolaan perpustakaan yang memenuhi standar nasional perpustakaan dengan memperhatikan standar nasional pendidikan.
  • Melaksanakan pengembangan koleksi perpustakaan dalam jumlah yang mencukupi kebutuhan semua pemustaka dengan memperhatikan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi.
  • melaksanakan pengembangan koleksi digital.
  • melaksanakan layanan prima melalui pemanfaatan sumber daya perpustakaan yang berorientasi bagi kepentingan pemustaka.
  • Pelaksanakan layanan perpustakaan berbasis teknologi informasi dan komunikasi.
  • melaksanakan pengembangan koleksi digital.
  • melaksanakan layanan prima melalui pemanfaatan sumber daya perpustakaan yang berorientasi bagi kepentingan pemustaka.
  • melaksanakan layanan perpustakaan berbasis teknologi informasi dan komunikasi.
  • melaksanakan pengembangan kompetensi dan profesionalitas tenaga teknis perpustakaan yang menguasai ilmu perpustakaan, teknologi informasi dan komunikasi serta menguasai bahasa asing.
  • melaksanakan kerjasama antar perpustakaan atau lembaga lain yang terkait untuk kepentingan pemustaka.
  • melaksanakan promosi gemar membaca pada masyarakat



  • menyediakan fasilitas perpustakaan yang memenuhi kebutuhan pemustaka dibidang pendidikan, penelitian, pelestarian informasi dan rekreasi, serta sebagai sarana belajar seumur hidup.

C. Tujuan dan Sasaran Perpustakaan MAN 2 Samarinda

Tujuan Umum


Menyelenggarakan perpustakaan sebagai pusat sumber belajar yang memenuhi standar nasional perpustakaan dengan memperhatikan standar nasional pendidikan.


Tujuan Khusus


  • Menyediakan koleksi perpustakaan dalam jumlah yang mencukupi kebutuhan pemustaka
  • menyediakan koleksi digital.
  • menyelenggarakan layanan prima melalui pemanfaatan sumber daya perpustakaan yang berorientasi bagi kepentingan pemustaka.
  • menyelenggarakan layanan perpustakaan berbasis teknologi informasi dan komunikasi.
  • mengembangkan kompetensi dan profesionalitas tenaga teknis perpustakaan yang menguasai ilmu perpustakaan, teknologi informasi dan komunikasi serta menguasai bahasa asing
  • menjalin kerjasama antar perpustakaan atau lembaga lain yang terkait untuk kepentingan pemustaka.
  • mempromosikan gemar membaca pada masyarakat
  • menyediakan fasilitas perpustakaan yang memenuhi kebutuhan pemustaka dibidang pendidikan, penelitian, pelestarian informasi dan rekreasi, serta sebagai sarana belajar seumur hidup.
  • melestarikan bahan perpustakaan.


    Sasaran

  • tersedianya koleksi perpustakaan dalam jumlah yang mencukupi kebutuhan pemustaka dengan memperhatikan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi.
  • tersedianya koleksi digital.
  • terselenggaranya layanan prima melalui terselenggaranya layanan perpustakaan berbasis teknologi informasi dan komunikasi.
  • terlaksananya pengembangan kompetensi dan profesionalitas tenaga teknis perpustakaan
  • terjalinnya kerjasama antar perpustakaan atau lembaga lain yang terkait untuk kepentingan pemustaka.
  • terlaksananya promosi gemar membaca pada masyarakat
  • tersedianya fasilitas perpustakaan yang memenuhi kebutuhan pemustaka dibidang pendidikan, penelitian, pelestarian informasi dan rekreasi, serta sebagai sarana belajar seumur hidup.


BAB II
ANALISIS SWOT


Sebelum perpustakaan merumuskan keadaan yang diinginkan di masa mendatang (kebijakan strategis), terlebih dahulu harus dilakukan kajian terhadap lingkungan organisasi internal maupun eksternal. Karena satu-satunya pangaruh yang paling penting terhadap kebijakan dan strategi organisasi adalah lingkungan dalam dan luar organisasi. Dengan pemahaman mengenai faktor-faktor internal dan eksternal, organisasi perpustakaan akan berada dalam posisi yang ideal untuk menanggapi perubahan-perubahan lingkungan. Setiap perubahan eksternal akan segera direspon, sehingga perpustakaan yang fleksibel dapat mengambil langkah-langkah tepat. Adapun analisa SWOT Perpustakaan MAN 2 Samarinda adalah sebagai berikut :


A. Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Tantangan


a. Kekuatan
Kondisi Perpustakaan sekarang ini dapat digambarkan sebagai berikut:



  • Lokasi perpustakaan MAN 2 Samainda berada di pusat kota, Keadaan fisik. Luas gedung 150 m2 (15 m*10 m), terdiri ruang referensi, 1 ruang koleksi umum, ruang baca, dan 1 kamar kecil.
  • Koleksi.
    Koleksi yang dipunyai saat ini : Buku berjumlah 1310 judul dengan 6000 eksemplar . yang terdiri dari koleksi buku paket, buku pengayaan, dan lainnya, surat kabar, majalah dan karya tulis.
  • Sarana dan prasarana
    Peralatan elektronik yang dimiliki saat ini berupa : 3 unit komputer; 1 printer 3 in 1; 1 buah Bar Code Reader, DVD . Sedangkan sarana lainnya berupa 1 lemari katalog, 6 rak koleksi, 2 rak majalah, 1 rak surat kabar, 2 lemari referensi.
  • Sumber daya
    Perpustakaan MAN 2 Samarinda terdiri dari 3orang petugas perpustakaan dengan kualifikasi sebagai berikut: 1 orang berijazah S1 dan 2 orang tamatan SMU.
  • Pelayanan
    Jenis layanan pengguna yang ada saat ini layanan perpustakaan dengan sistem terbuka, artinya pengguna bisa langsung mencari koleksi di rak.

b. KELEMAHAN

Masih banyak kendala yang dihadapi oleh perpustakaan MAN 2 Samarinda saat ini. Yang menjadi fokus perhatian kedepan adalah perlunya untuk memperbanyak atau menambah berbagai koleksi buku, jurnal, majalah maupun makalah guna memenuhi kebutuhan para pengguna jasa perpustakaan. Pengadaan jaringan fasilitas internet kiranya perlu untuk segera dilakukan guna memudahkan pelanggan dalam mencari bahan yang mungkin tidak tersedia dalam daftar koleksi buku.
Penambahan jumlah SDM perpustakaan juga mendesak untuk segera ditambah, mengingat tenaga yang tersedia sekarang hanya terdiri dari 2 orang. Disamping itu juga penambahan sarana prasarana yang masih belum memadai untuk mengembangkan perpustakaan yang berbasis TI, disamping itu perlunya tambahan anggaran yang masih kecil .

c. PELUANG

Dengan semakin pentingnya arti perpustakaan dalam duna pendidikan dan dengan ditambah semakin berkembangya teknologi informasi , memberikan banyak peluang dan berbagai kemungkinan yang bisa dilakukan. Oleh perpustakaan pada masa akan datang diantaranya:



  • Menjadikan Bagaimana menciptakan layanan perpustakaan berbasis TI untuk melayani pemustaka dengan baik
  • Adanya komitmen dari stake holder untuk mendukung perkembangan perpustakaan.
  • Perkembangan Madrasah MAN kearah madrasah yang berstandar internasional
  • Dengan perkembangna TI akan mempermudah jaringan dan sarana lainnya


d. Tantangan

Untuk menjadi perpustakaan yang representative yang selalu terdepan dan terbaik dalam memberikan layanan pada pemustaka adalah menjadi suatu tantangan dan harapan bagi perpustakaan MAN 2 Samarinda. Disamping adanya tuntutan supaya perpustakaan tetap exist dan dapat bersaing dengan peprustakaan lain, dan ditambah adanya persyaratan untuk menjadi sekolah yang terakriditasi harus mempunyai perpustakaan yang baik. Untuk itu perpustakaan MAN 2 Samarinda akan selalu berbenah diri dalam melengkapi berbagai kekurangan dengan selalu mengikuti perkembangan Teknologi Informasi serta menjalin kerjasama dengan berbagai institusi baik lembaga pendidikan maupun non kependidikan.

B. MASALAH & ALTERNATIF PERMASALAHAN

a. Masalah
Masih banyak masalah-masalah yang dihadapi oleh perpustakaan MAN 2 Samarinda diantaranya terkait struktur organisasi yang masih rancu, kurangnya SDM yang professional, kurangnya sarana dan prasarana , kurangnya koleksi perpustakaan dan minimnya anggaran dana dari sekolah.

b. Alternatif Permasalahan dan Pemecahan
Solusi atau alternative permasalahan yang harus segera dilaksanakan antara lain adalah dengan :

  • Pembentukan struktur organisasi yang baik
  • Pengadaan koleksi secara continyu sebesar 10% tiap tahun
  • Pengadaan koleksi yang berkelanjutan
  • Penambahan jumlah petugas, Pelatihan tentang kepustakawanan, memberikan beasiswa Pendidikan pustakawan.
  • Koordinasi pada pimpinan.
  • Proposal bantuan pada pihak lain



BAB III
PROGRAM PENGEMBANGAN PERPUSTAKAAN


A. Konsep Pengembangan Perpustakaan
Setelah kita mengetahui kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman, perpustakaan MAN 2 Samarinda, maka perpustakaan MAN 2 Samarinda membuat kebijakan program pengembangan perpustakaan dan sistem informasi yang menggunakan strategi pencapaian tujuan (jangka waktu lima tahun) dalam pengembangan perpustakaan modern berbasis TI. Yang mencakup penyediaan bahan perpustakaan yang memcukupi kebutuhan pemustaka, pengolahan dan pemberdayaan sumber daya perpustakaan (pelayanan) yang berbasis teknologi informasi dan komunikasi, serta peningkatan SDM pengelola perpustakaan, sebagai berikut


  • meningkatkan kualitas gedung dan ruang perpustakaan

  • meningkatkan sarana perpustakaan seperti penyejuk ruangan (AC), mebeler petugas pengolahan, rak penyimpanan koleksi, lemari katalog serta meja dan kursi baca.

  • meningkatkan kuantitas dan kualitas sarana perpustakaan seperti komputer, printer, scanner, handycam, camera digital dan periferal jaringan komputer seperti modem dan access point.

  • meningkatkan kuantitas dan kualitas (jumlah dan jenis) koleksi bahan perpustakaan yang mencukupi kebutuhan peserta didik dan pendidik.

  • meningkatkan kuantitas dan kualitas pengolahan bahan perpustakaan dengan menggunakan teknologi informasi dan komunikasi

  • meningkatkan layanan berbasis teknologi informasi dan komunikasi seperti penyediaan situs web perpustakaan, layanan OPAC (Online Public Access Catalogue), penyediaan koleksi digital (sumber informasi offline maupun online), penyediaan komputer dan akses internet.

  • Memberikan berbagai pelatihan untuk memenuhi kebutuhan kompetensi dan profesionalitas tenaga teknis pengelola perpustakaan dibidang pengelolaan dan manajemen perpustakaan berbasis teknolgi informasi yaitu:
    Ø Pelatihan teknis pengelolaan perpustakaan,
    Ø Pelatihan manajemen perpustakaan,
    Ø Pelatihan pembuatan katalog online,
    Ø Pelatihan pengemasan informasi (content bahan pustaka digital)
    Ø Pelatihan pembuatan soft ware komputer


C. Pemberdayaan Sumber Daya
Perpustakaan MAN 2 Samarinda untuk mencapai tujuan konsep yang telah diprogramkan dalam pengembangan perpustakaan MAN 2 samarinda yang berbasis pengembangan teknologi untuk lima tahun kedepan dari 2008-2014. Selalu berupaya untuk kerja keras dalam memajukan dan mendaya gunakan sumber daya yang telah ada ada selalu berusaha untuk selalu menambah sumber daya yang belum cukup. Adapun sumberdaya yang dimaksud adalah Sumber daya manusia, fasilitas sarana prasarana, koleksi, kemampuan anggaran. Pemberdayaan sumber-sumber daya yang ada pada perpustakaan MAN 2 Samarinda ditentukan berdasarkan pada konsep pengembangan yang sudah dibuat yang beroreintasi pada peningkatan pelayanan dan mutu layanan perpustakaan pada pemakai.









Tugas Klasifikasi

SISTEM KLASIFIKASI DEWEY DECIMAL CLASSIFICATION (DDC)


A. Sejarah DDC

Dewey Decimal Classification (DDC) merupakan system klasifikasi perpustakaan hasil karya Melville Louis Kossuth Dewey (1851-1931). Melvile Louis Kossuth Dewey lahir pada 10 Desember tahun 1851, hidup di lingkungan keluarga lemah dan miskin bertempat tinggal di Brown kota yang kecil di New York. Dewey menemukan suatu gagasan ilmu klasifikasinya dengan menamakan sebagai Dewey klasifikasi Sistim desimal (DDC) suatu sistem ketika ia berumur 21 tahun dan bekerja sebagai asisten siswa di perpustakaan dari Amherst Perguruan tinggi. Pekerjaan yang diciptakan tersebut adalah suatu revolusi di dalam ilmu kepustakaan. Dan ia menjalankan suatu jaman yang baru tentang dunia kerja kepustakaan. Melvil Dewey digelari Bapa dari Lingkup kerja kepustakaan yang modern." lingkup kerja kepustakaan Dewey yang diubah dari suatu lapangan kerja persis sama benar profesi yang modern. Ia membantu dalam menetapkan Asosiasi Perpustakaan Amerika ( ALA) pada tahun 1876; ia menjabat sebagai sekretaris dari tahun 1876-1890 dan menjadi presiden pada tahun 1890-1891. Ia juga menerbitkan Perpustakaan Jurnal yang diterbitkan. Sebagai tambahan, standard perpustakaan Dewey yang dipromosikan, dan membentuk suatu perusahaan untuk menjual persediaan perpustakaan, yang secepatnya menjadi Kantor perusahaan Perpustakaan
Seorang pelopor di dalam dunia pendidikan perpustakaan, Dewey telah menjadi seorang pustakawan yang berasal dari Columbia Perguruan Tinggi ( sekarang Columbia Universitas) di Kota New York pada tahun1883, dan menciptakan sekolah perpustakaan pertama di dunia pada tahun 1887. Dan pada tahun 1889, ia menjadi direktur dari suatu Perpustakaan di New York di Albania, suatu posisi yang ia kerjakan sampai 1906. cakupan Dewey dari pengetahuan dan pekerjaan sangat luas dan bervariasi. Ia memelopori ciptaan dari peluang karier untuk wanita-wanita. Ia dan isteri yang pertamanya, Annie Dewey, mengembangkan suatu tempat tepatnya di daerah Danau yang tenang, suatu tempat peristirahatan untuk sosial, pengayaan rohani dan budaya di Adirondack di daerah Pegunungan.
Sebagai suatu pembaharu ejaan yang telah disebut diatas, Dewey yang diperkenalkan pada sebagian awal edisi dari DDC pada ejaan yang disederhanakan, pengenalan aslinya pada ejaan yang disederhanakan telah dicetak kembali pada edisi yang berikut dari DDC melalui penerbitan dari Edisi 18 pada tahun 1971. Melvil Dewey yang meninggal setelah menderita suatu penyakit pada 26 Desember tahun 1931 pada umur 80. Tujuh dekade setelah kematiannya, ia masih dikenal sebagai Dewey, terutama untuk Penggolongan Sistim desimal, paling luas dalam penggolongan atau bentuk klasifikasi perpustakaan yang digunakan di dunia.
Pada edisi-edisi selanjutnya DDC terus disempurnakan dengan memasukkan subjek yang belum tercakup selaras dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Disamping itu juga terdapat edisi lengkap, DDC menerbitkan edisi ringkas yang dapat digunakan bagi perpustakaan-perpustakaan yang tidak begitu besar dan bersifat umum. DDC pada saat ini telah diterbitkan juga dalam bentuk terjemahan dalam berbagai bahasa, termasuk dalam bahasa Indonesia dan sangat dikenal di dunia perpustakaan.
Banyak system klasifikasi yang tidak mampu bertahan lama, tetapi DDC ternyata telah mampu bertahan lebih dari satu abad sejak edisi pertama sampai saat ini. Terlepas dengan beberapa kelemahan pada DDC system klasifikasi ini dinilai baik dan sistimatik, universal, fleksibel, lengkap dan siap pakai (enumerated), terutama pada suatu badan yang mengawasi perkembangannya dan terus mengadakan peninjauan unutk menyempurnakan edisi-edisi selanjutnya. Pada tahun 1876 terbitlah sebuah pamphlet yang berjudul A Classification and subject index for cataloging the books and phamflet of a library. Penerbitan pamphlet tersebut menandai terbitnya system Dewy Decimal Classification, lebih dikenal dengan singkatan DDC. Kini DDC menginjak edisi ke 22 ( terbit pada 2003), merupakan bagan klasifikasi yang banyak dipakai di dunia. Di Indonesia, DDC menduduki peringkat pertama sebagai bagan kasifikasi yang paling banyak digunakan, menyusul kemudian Universal Decimal Classification atau yang sering disebut dengan UDC.
DDC dibuat oleh Melvil Dewey berdasarkan kajiannya terhadap puluhan buku, pamphlet dan kunjungannya ke berbagai perpustakaan. Maka DDC dapat dikatakan sebagai klasifikasi pengetahuan untuk keperluan menyusun buku di perpustakaan. Jadi, DDC bukanlah klasifikasi ilmu pengetahuan seperti banyak diduga orang. Edisi pertama terbit pada tahun 1876 setebal 44 halaman, diterbitkan dengan nama pengarang anonim, berisi kata pendahuluan, bagan untuk 10 kelas utama yang dibagi secara desimal menjadi 1000 kategori bernomor 000-999, serta indeks subyek menurut abjad.
Pembagian 10 kelas utama merupakan perbaikan dari sistem klasifikasi yang di kembangkan oleh W,T.Harris pada tahun 1870. Harris sendiri mendasarkan bagan klasifikasinya atas klasifikasi pengetahuan menurut ilmuwan francis bacon tetapi tata urutanya berbeda. Bacon membagi pengetahuan menjadi 3 kategori dasar yaitu sejarah, sastra [poesy], dan filsafat . ketiga kategori ini sesuai dengan pembagian pikiran manusia yaitu memori [ingatan], imaginasi, dan nalar. [tabel 32,1]. Dalam bagan klasifikasi barunya, Dewey memperkenalkan dua ciri baru yaitu lokasi relatif dan indeks relatif, sebelum dikembangkan DDC, buku perpustakaan di beri nomor sesuai dengan lokasi masing-masing di rak. Misalnya XV1-15 artinya buku di rak XV1dengan nomor urut 15. dengan kata lain penentuan buku di rak menggunakan lokasi tetap sehingga buku tidak dapat diubah-ubah letaknya .Halangan lokasi tetap ialah buku dalam subjek sama mungkin letaknya terpencar karena kedatangannya di perpustakaan tidak sama. Sistem Dewey memberi nomor buku menurut subjeknya. Dengan demikian buku disusun menurut subjeknya tanpa memperhatikan di mana buku tersebut diletaknya di rak .Bila buku baru datang maka buku tersebut dapat disisipkan di antara buku lama selama buku baru tersebut berkaitan subjeknya dengan buku lain Sistem penempatan semacam ini yang memungkinkan perubahan letak selama buku tetap berkaitan subjeknya disebut lokasi relatf. Lokasi ini memungkinkan interkalasi tanpa batas, buku dapat dipindah-pidahkan tanpa harus mengubah nomor panggil. Dalam indeks relatif, Dewey menyatukan dalam satu lokasi berbagai subjek yang berkaitan atau sebuah subjek dibahas dalam beberapa bidang studi.

B. Perkembangan DDC

Edisi ke- 1 sampai Edisi ke -13


Pada tahun 1876 terbitlah sebuah pamphlet yang berjudul A Classification and subject index for cataloging the books and phamflet of a library. Penerbitan pamphlet tersebut menandai terbitnya system Dewy Decimal Classification. Edisi pertama terbit pada tahun 1876 setebal 44 halaman, diterbitkan dengan nama pengarang anonim, berisi kata pendahuluan, bagan untuk 10 kelas utama yang dibagi secara desimal menjadi 1000 kategori bernomor 000-999, serta indeks subyek menurut abjad. Edisi 2 keluar tahun 1985 telah terjadi relokasi artinya penggeseran sebuah subyek dari sebuah nomor ke nomor yang lain. Edisi ini merupakan basis pola notasi pada edisi selanjutnya. Dalam edisi tersebut, Dewey pertama kali mengumakakan prinsip integritas angka artinya nomor dalam bagan Dewey dianggap sudah mapan walaupun mungkin terjadi relokasi. Dewey menyadari bahwa gawatnya relokasi dari satu edisis ke edisi lainnya karena perubahan, lebih-lebih lagi relokasi mengakibatkan perlunya reklasifikasi, padahal reklasifikasi tidak disenangi oleh seorang pustakawan. Integritas angka atau stabilitas angka tetap dipertahnkan pada edisi-edisi awal DDC, walaupun perubahan angka tertentu tidak dapat dihindari. Dewey mengawasi revisi bagannya hinnga edisi ke-13.

Edisi ke -14 sampai edisi ke-15


Edisi ke-14 mempertahankan kebijakan sebelumnya. Rinciannya semakin memperjelas namun terdapat sedikit perubahan dalam struktur dasar. Perluasan pun tidak seimbang karena masih banyak bidang yang belum dikembangkan. Pada edisi ke-15 diambil kebijakan yaitu rincian di beberapa bidang dipangkas sehingga terdapat keseimbangan dalam subdivisi. Kalau pada edisi ke-14 terdapat sekitar 31.000 entri maka edisi 15 dipangkas menjadi 4700 entri. Juga disadri bahwa bagan DDC tidak sesuai dengan laju perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya sains dan teknologi. Ini terjadi mungkin karena kebijakan integritas nomor. Pada edisi ke-15 diputuskan untuk relokasi sejumlah besar subyek. Indeks juga diperbaiki dan diringkas sedangkan ejaan yang disederhanakan yang digunakan pada edisi sebelumnya kini ditinggalkan. Setelah terbitan edisi ke-15 pada tahun 1951 terbukti bahwa perubahan yang dilakukan dalam edisi ke-15 dianggap terlalu berat bagi pustakawan, banyak pustakawan yang tetap menggunakan edisi ke- 14.

Edisi ke-16 hingga ke- 19


Edisi 16yang telah terbit pada tahun 1958 memulai tradisi baru dengan kebijakan siklus revisi tujuh tahunan artinya bagan Dewey akan keluar dalam edisi baru setiap 7 tahun. Pad edisi 16 diputuskan untuk kembali kepada kebijakan lama dalam mempertahankan enumerasi terinci sambil mengambil butir inovasi dari edisi 15 seperti ejaan baku, per-istilahan yang mutakhir, serta penyajian tipofrafi yang menarik.
Edisi 17 hingga 19 tetap berpegang pada kebijakan di atas. Editor DDC tetep mempetahankan prinsip integtitas nomor dalam batas-batas masih masuk akal.

Edisi ke - 20


Edisi 20 terbit pada tahun 1989 dengan beberapa perubahan. Warna edisi menjadi coklat muda dan dibagi menjadi 4 jilid karena edisi sebelumnya ( terutama pada bagan klasifikasi) dianggap terlalu repot. Jilid 1 merupakan tabel subdivisi standar, jilid 2 bagan dari 000-500, jilid 3 bagan 600-900, dan jilid 4 merupakan indeks. Walaupun tetap merupakan dalam tahap mempertahankan prinsip integritas nomor, dalam edisi ini, prinsip tersebut sedikit dilanggar. Terjadi relokasi, misalnya komputer kini menepati 001, yang semula merupakan bagan dari elektronika.

Edisi ke – 21 sampai edisi ke – 22

Saat ini telah terbit edisi ke-22 (2003) setebal 3000 halaman, terdiri atas 4 jilid: Introduction, schedule 000-599, schedule 600-999 dan Indeks Relatif.

Edisi Ringkas


Untuk keperluan perpustakaan kecil serta perpustakaan dengan laju pertumbuhan lamban maka sejak tahun 1894 telah diterbitkan edisi ringkas. Edisi ringkas ini merupakan memuat kira-kira 2/5 dari edisi lengkap. Edisi ringkas digunakan oleh perpustakaan sekolah serta perpustakaan umum yang relatif kecil. Pada awal mulanya, edisi ringkas direvisi bilamana dianggap perlu. Ketentuan ini kemudian diubah, setiap edisi ringkas diterbitkan mengikuti pola edisi lengkap. Untuk edisi lengkap 19 diterbitkan edisi ringkas ke-11, dengan terbitnya edisi lengkap 20 maka edisi 12 ringkas diharapkan terbit sekitar tahun 1991. Hingga edisi ringkas ke-9, edisi tersebut merupakan ringkasan sebenarnya dari nomor untuk berbagai subjek yang berbeda dengan edisi lengkapnya. Jadi, bukan hanya ringkasan belaka, kadang-kadang merupakan ringkasan atau kadang-kadang merupakan adaptasi. Atas permintaan pemakai, edisi ringkas ke 11 merupakan ringkasan sesungguhnya dari edisi lengkap 19.



C. Keunggulan dan Kelemahan DDC

Keunggulan DDC antara lain adalah:


  • DDCmerupakan sistem yang peraktis dan merupakan bagain klasifikasi yang paling banyak digunakan didunia,termasuk indonesia.

  • DDC menggunakan lokasi relatif untuk pertamakalinya

  • Revisi berkala dengan interval teratur menjamin kemutahkiran bagan klasifikasi Dewey.

  • notasi murni dengan angka arab dikenal dengan universal.

  • urutan numrik kasak mata mmudahkan penjajaran dan penempatan buku di rak.

  • sifat hirarkis notasi DDC mencerminkan hubungan antara nomor kelas.

  • penggunaan notasi desimal memungkinkan perluasan dan pembagian subdivisi tanpa bata


Sedangkan kelemahannya adalah:



  • klasifikasi Dewey terlalu berorientasi pada sifat Anglo Saxon serta kristiani.

  • penempatan beberapa subjek tertentu dipemasalahkan.

  • basis sepuluh DDC membatasi kemampuan perluasan sistem notasi, karena dari sepuluh divisi hanya sembilan yang dapat diperluas untuk memberi tempat subjek yang bertingkat sama dalam hirarki.

  • perluasan sebuah subjek dxap[at dilakukan dengansistem desimal.

  • relokasi dan phonix schedule sering menimbulkan masalh bagi pustakawan.

  • laju pertunbuhan ilmu pengetahuan tidak sama sehingga membuat struktur ilmu pengetahuan tidak seimbang.

Makalah Minat Baca

TUJUAN PEMBINAAN MINAT BACA


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Saat ini minat baca masih menjadi perkerjaan rumah yang belum terselesaikan bagi bangsa Indonesia. Berbagai program telah dilakukan untuk meningkatkan minat baca masyarakat. Pemerintah, praktisi pendidikan, LSM dan masyarakat yang peduli pada kondisi minat baca saat ini telah melakukan berbagai kegiatan yang diharapkan mampu meningkatkan apresiasi masyarakat untuk membaca, akan tetapi berbagai program tersebut belum memperoleh hasil maksimal.
Untuk mewujudkan bangsa berbudaya baca, maka bangsa ini perlu melakukan pembinaan minat baca anak. Pembinaan minat baca anak merupakan langkah awal sekaligus cara yang efektif menuju bangsa berbudaya baca. Masa anak-anak merupakan masa yang tepat untuk menanamkan sebuah kebiasaan, dan kebiasaan ini akan terbawa hingga anak tumbuh dewasa atau menjadi orang tua. Dengan kata lain, apabila sejak kecil seseorang terbiasa membaca maka kebiasaan tersebut akan terbawa hingga dewasa.
Pada usia sekolah dasar, anak mulai dikenalkan dengan hurup, belajar mengeja kata dan kemudian belajar memaknai kata-kata tersebut dalam satu kesatuan kalimat yang memiliki arti. Saat ini merupakan waktu yang tepat untuk menanamkan kebiasaan membaca pada anak. Setelah anak-anak mampu membaca, anak-anak perlu diberikan bahan bacaan yang menarik sehingga mampu menggugah minat anak untuk membaca buku. Minat baca anak perlu dipupuk dengan menyediakan buku-buku yang menarik dan representatif bagi perkembangan anak sehingga minat membaca tersebut akan membentuk kebiasaan membaca. Apabila kebiasaan membaca telah tertanam pada diri anak maka setelah dewasa anak tersebut akan merasa kehilangan apabila sehari saja tidak membaca. Dari kebiasaan individu ini kemudian akan berkembang menjadi budaya baca masyarakat.
Akan tetapi, pembinaan minat baca anak saat ini sering terbentur dengan masalah ketersediaan sarana baca. Tidak semua anak-anak mampu mendapatkan buku yang mampu mengugah minat mereka untuk membaca. Faktor ekonomi atau minimnya kesadaran orang tua untuk menyediakan buku bagi anak menyebabkan anak-anak tidak mendapatkan buku yang dibutuhkan. Tidak tersedianya sarana baca merupakan masalah besar dalam pembinaan minat baca anak. Anak-anak tidak dapat memanjakan minat bacanya karena tidak tersedia sarana baca yang mampu menggugah minat anak untuk membaca. Padahal pembinaan minat baca anak merupakan modal dasar untuk memperbaiki kondisi minat baca masyarakat saat ini.

B. Permasalahan

Melihat keadaan dan kondisi sekarang dimana masih rendahnya tingkat minat baca di indonesia maka diperlukan upaya untuk meningkatkan minat baca, dalam kaitannya dengan upaya tersebut bagaimana peranan perpustakaan dalam meningkatkan minat baca. Untuk itu dapat dirumuskan beberapa masalah :
1. Apa pengertian dan tujuan dari pembinaan minat baca?
2. Sejauh mana peranan perpustakaan dalam pembinaan minat baca?


BAB II
PEMBAHASAN


A. Pengertian Minat Baca

Minat merupakan gambaran sifat dan ingin memiliki kecenderungan tertentu. Minat juga diartikan suatu momen dari kecenderungan yang terarah secara intensif pada suatu tujuan atau objek yang dianggap penting. Objek yang menarik perhatian dapat dapat membentuk minat karena adanya dorongan dan kecenderungan untuk mengetahui, memperoleh, atau menggali dan mencapainya.
Minat baca adalah merupakan hasrat seseorang atau siswa terhadap bacaan, yang mendorong munculnya keinginan dan kemampuan untuk membaca, diikuti oleh kegiatan nyata membaca bacaan yang diminatinya. Minat baca bersifat pribadi dan merupakan produk belajar (Sudarman, 1997 : 44).
Ada beberapa jenis minat baca bisa melalui :
  • Minat baca spontan, yaitu kegiatan membaca yang dilakukan atas kemauan inisiatif pribadi, tanpa pengaruh dari pihak lain atau pihak luar.
  • Minat baca terpola yaitu kegiatan membaca yang dilakukan masyarakat sebaga hasil atau akibat Pengaruh langsung dan disengaja melakukan serangkaian tindakan dan program yang terpola terutama kegiatan belajar mengajar di sekolah.
    Tradisi membaca dan menulis memang belum dapat diharapkan dari masyarakat (Sugono, 1995 : 5). Banyak faktor yang berpengaruh terhadap kemampuan membaca. Umumnya kemampuan membaca dimaksud, ditujukan oleh pemahaman seseorang pada bacaan yang dibacanya dan tingkat kecepatan yang dimiliki. Faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan dalam membaca antara lain :
    o Tingkat inteligensi,
    o Kemampuan berbahasa
    o Sikap, minat, emosi
    o Keadaan membaca
    o Kebiasaan membaca
    o Pengetahuan tentang cara membaca
    o Latar belakang sosial ekonomi dan budaya Pengetahuan

Untuk memupuk, membina dan membimbing minat baca siswa, maka peranan pendidikan baik guru, orang tua, maupun pendidik yang lain sangat menentukan Pendidik harus dapat menciptakan lingkungan yang mendidik karena mereka berfungsi sebagai fasilitator sekaligus motifator. Lingkungan pendidikan yang dimaksud adalah situasi belajar mengajar yang lancar. Selanjutnya diharapkan membaca bukan lagi menjadi beban berat, tetapi merupakan suatu kebutuhan. Sehingga tujuan pendidikan nasional dalam menciptakan manusia pembangunan dapat segera terwujud bahkan usaha mencerdaskan kehidupan bangsa akan membuahkan hasil yang dapat diandalkan.


B. Tujuan Pembinaan Minat Baca


Tujuan Umum
Adalah untuk menciptakan masyarakat membaca (reading Sociaty), menuju masyarakat belajar (learning society) dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, untuk menciptakan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas sebagai subyek pembangunan nasional menuju masyarakat yang madani.


Tujuan Khusus

  • Menumbuhkan kebiasan membaca pada seseorang , sehingga menimbulkan rasa kecanduan untuk membaca setiap saat.
  • Mewujudkan suatu sistem penumbuhan dan Pengembangan nilai ilmu yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
  • Mengembangkan masyarakat baca (reading society) lewat peIayanan masyarakat.
  • Meningkatkan pembinaan minat baca merupakan salah satu tujuan perpustakaan untuk meningkatkan kecerdasan bangsa.
    Menurut Welt Gray & Rogers (1995) menyebutkan beberapa manfaat membaca diantaranya :
  • Meningkatkan Pengembangan Diri
  • Memenuhi Tuntutan Intelektual
  • Memenuhi Kepentingan Hidup
  • Meningkatkan Minatnya Terhadap Suatu Bidang
  • Mengetahui Hal-hal yang Aktual


C. Faktor Pendukung dan Penghambat Minat Baca


a. Faktor Pendukung Minat Baca
Untuk membina dan mengembangkan minat baca siswa tidak bisa terlepas dari pembinaan kemampuan membaca siswa , sebab seperti sudah dijelaskan bahwa untuk menjadi minat harus mampu membaca. Adapun beberapa faktor dalam pembinaan minat baca. Faktor –faktor ini dapat dibedakan yaitu faktor eksternal dan faktor internal. Faktor eksternal disamakaan dengan motivasi eksternal. Sedangkan faktor internal disamakan dengan Motivasi internal (smit, 584- 586).
Adapun faktor –faktor yang mendukung pembinaan minat baca siswa adalah :

  • Secara alamiah orang orang beragama mempunyai kitab suci yang harus di baca
  • Orang yang berpendidikan sudah relatif banyak
  • Bahan bacaan sudah relatif tersedia.
  • Perpustakaan-perpustakaan sudah mulai berkembang
  • Tersedianya perpustakaan yang memadai.
  • Perhatian pemerintah sudah ada walau belum memadai .
  • Faktor trasportasi, komunikasi, informasi, dan iptek relatif baik
    Untuk meningkatkan minat baca pada siswa ada beberapa kiat yang bisa dilakukan antara lain :
    o Memperlkenalkan buku – buku.
    o Memperkenalkan hasil karya sastrawan
    o Displlay Referensi
    o Pameran buku
    o Majalah dinding
    o Mengadakan kuis
    o Memberikan bimbingan membaca


b. Faktor Penghambat Minat Baca
Rendahnya minat baca pada siswa dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain :

  • Belum banyak dirasakan manfaat langsung dari membaca
  • Bahan bacaan belum merata
  • Pembinaan Perpustakaan belum merata
  • Kemajuan Teknologi lebih menarik perhatian
  • Daya beli bahan bacaan masih kurang
  • Banyak sekolah belum menyelengarakan perpustakaan sekol
  • Tidak adanya tenaga pustakawan yang tetap, kebanyakan perpustakaan dikelola oleh seorang guru atau tenaga administrasi sekolah yang tidak sepenuhnya paham tentang Perpustakaan
  • Koleksi perpustakaan sekolah umumnya sangat lemah dan belum terarah
  • Sumber dana yang sangat terbatas
  • Banyak sekolah tidak mempunyai ruangan khusus untuk perpustakaan



D. Peranan Perpustakaan dalam Pembinaan Minat Baca


Salah satu tujuan perpustakaan adalah untuk meningkatkan kecerdasan masyarakat, untuk meningkatkan kecerdasan masyarakat dapat dilakukan melalui pembinaan minat baca. Jadi perpustakaan merupakan ujung tombak dalam pembinaan minat baca. Pembinaan minat baca diperpustakaan dapat dilakukan dengan berbagai cara antara lain:

  1. Menyedikan Perpustakaan yang representatif, baik gedung maupun ruangan dan perabotan yang memadai
  2. Koleksi yang terus berkembang dan bervariasi
  3. Tenaga pengelola perpustakaan yang profesional
  4. Tersedianya dana secara rutin
  5. Pelayanan perpustakaan yang prima beroreintasi pada kepuasan pengguna.
  6. Mengadakan promosi perputakaan dan pameran buku

Menjalin kerjasama dengan perpustakaan lainuntuk meningkatkan pelayanan




BAB III
PENUTUP


Kesimpulan
Pembinaan dan Pengembangan minat baca siswa tidak terlepas dari pembinaan kemampuan siswa dalam membaca, sebab untuk menjadi orang yang minat tentu harus mampu membaca. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa :

  1. Perpustakaan merupakan faktor yang terpenting dalam menigkatkan Pembinaan minat baca masyarakat.
  2. Pembinaan minat baca merupakan salah satu tujuan perpustakaan dalam rangka untuk mencerdaskan kehidupan bangsa.
  3. Minat dan gemar membaca tidak dengan sendirinya dimiliki oleh seseorang, untuk itu harus dipupuk dan dibina mulai dini.
  4. Karena pentingnya pembinaan minat baca untuk itu semua unsur harus ikut bertanggung jawab baik lingkungan keluarga, lingkungan sekolah melalui perpustakaan, dan pemerintah .





    DAFTAR PUSTAKA

    Ibrahim. 2002. Peningkatan Minat Baca. Jakarta : Erlangga.
    Basuki, Sulistyo.1992. Pengantar Ilmu Pengetahuan. Jakarta : Gramedia
    Nurhadi, Imam.1988. Pembinaan Minat, Kebiasaan dan Budaya Baca. Jakarta: Perpustakkan Nasional RI
    Soedarso, 1988. Sistem Membaca Cepat dan Efektif. Jakarta: Balai Pustaka